Seberapa berharga sih satu detik itu? Tik. Sebentar saja dia langsung berlalu. Tik. Satu detik pergi lagi. Tak ada harganya.
Tapi tunggu sampai kau sadar waktumu hampir habis. Tik. Kau ingat selama ini jarang beramal. Tik. Kau teringat mimpi-mimpi yang nggak sempat kau wujudkan. Tik. Kau sadar nggak cukup menyayangi keluarga dan teman-temanmu. Tik. Tik. Tik. Kau panik, takut menyia-nyiakan lebih banyak waktu lagi.
Yogas merasa demikian ketika divonis nggak akan berumur panjang. Tapi bukannya memanfaatkan waktu yang tersisa sebaik-baiknya, dia malah diam-diam pergi ke Yogyakarta.
Kedatangannya ke sana nggak lain untuk balas dendam kepada orang yang dianggapnya bertanggung jawab atas semua ini. Bahkan kalau perlu, mati bersama.
Saat itulah cinta datang. Memberi pengharapan, membuatnya merasakan setitik kebahagiaan di dalam kelam hidupnya. Dan sekarang, keputusan itu ada di tangan Yogas. Karena cinta dan benci nggak akan pernah akur.
Jadi, Yogas..., pilih yang mana? Sementara kamu berpikir.... Tik.
dan novel ini adalah
novel kesekian kalinya yang bisa membuat gua tertegung untuk mengenal dunia
lebih jauh. lagi..
Yogas (karakter utama
dalam novel ini) mungkin ngak pernah nyangka kalau hidupnya bakal berakhir
cepat, terlebih itu karena penyakit mengerikan yang selalu dianggap negatif
sama orang dan itu di tularkan oleh seseorang. Yogas menjauh dari segalanya
yang ia sayangi dan punyai demi membalas dendam dan melindungi , by the way.
Yogas
melirik langit yang sudah berwarna kemerahan. Satu hari lagi dari beberapa
tahun sisa hidupnya, sudah dia lalui. Yogas bertanya-tanya, masih berapa lama
lagi dia dapat melihat matahari terbenam.
Tiba-tiba,
Yogas teringat pada kejadian kemarin, saat mengetahui penyakit yang diidapnya. Reaksi Ify
sama saja seperti rekasi orang lain. Sekarang, Rio tidak akan heran kalau Kara
akan menghindarinya. Sepagian ini saja, Kara tidak keluar dari kamarnya.
Yogas memang
kecewa, tetapi dia tidak bisa mengharapkan lebih. Kara hanya menangis dan tidak
berteriak histeris saja sudah cukup untuknya. Lagi pula, Yogas memang tidak
berhak untuk kecewa“-
Itu salah satu bagian dari novel ini yang bikin gue -sekali lagi- berpikir,
apa segitunya kehidupan diluar sana, so that what happen to me is nothing,
right?!
Yogas
mendesah, ia lalu berbaring di lantai. Mendadak, Yogas seperti mendengar
langkah kaki. Berharap setengah mati itu Kana, Yogas menoleh. Ternyata, memang
benar Kana. Yogas langsung mengalihkan pandangannya. Dia tidak boleh berharap
macam-macam lagi.
"Dingin,
lho," kata Kana sambil mendekati Yogas. Yogas duduk, lalu
mengebas-ngebaskan tangannya yang berdebu.
"Kenapa
lo ke sini?" tanya Yogas singkat tanpa menoleh.
"Mau
nemenin, siapa tau kamu kesepian," jawab Kana membuat Yogas mendengus.
"Nggak
usah maksain diri jadi malaikat," ujar Yogas skeptis. "Lebih baik lo
nggak usah deket-deket sama gue."
Kana menatap
punggung Yogas yang benar-benar tampak kesepian. Tadi pagi, Kana sudah
membulatkan tekadnya untuk tetap mendukung Yogas karena Kana tahu, Yogas selama
ini melindunginya. Sikap Yogas yang keras itu semata-mata hanya supaya Kana
tidak bergaul dengan orang penyakitan sepertinya.
"Apa
kamu nggak kesepian?" tanya Kana. "Kamu memutuskan buat hidup sendiri
dan nggak membina hubungan baik sama orang lain. Apa kamu nggak kesepian?"
"Kesepian
juga gue nggak peduli. Gue udah biasa sendiri," jawab Yogas tegas.
Ify masih
menatap punggung Yogas. Kalau saja Yogas mau egois, Yogas bisa saja tetap
bergaul dengan teman-temannya dan orang lain, dan tetap menyembunyikan penyakitnya.
Namun, Yogas malah melakukan sebaliknya.
"Kenapa?"
tanya Kana lagi. "Kenapa kamu begitu?"
Yogas terdiam lama. "Gue nggak mau
ada yang nangisin gue kalo gue mati ntar," kata Yogas pelan, masih
memunggungi Kana. "Semakin sedikit, semakin bagus."
Kana tertegun
mendengar jawaban Yogas. Dia tersenyum lembut.
Dan disini
air mata gue langsung ngalir “ tes- tes- tes” begitu aja. OMG ya ampun Gas! Dunia
dan hidup kejam sama lo, dan elo malah membantu mereka untuk semakin dan
semakin membuat lo menderita.
Speechless-
ga bisa coment apa2- Oh God- inspiratif
Kebiasaan tokoh
dalam novel atau teenlit itukan cewek, ya mungkin karena sebagian yang baca
cewek kali ya, jadi pasti lebih mudah mengerti. Tapi dalam novel ini tokohnya
emang cowok.. BUT lebih menusuk dari segi cerita dan alurnya, gue juga suka dialognya,
dan karakter Yogas, “awalnya” baik.. dipaksa berubah saat dia divonis kena
penyakit ini. HIV.
Dari sisi
Kana, ya gue ngak nyalahin lah kalo ekspresi awalnya gitu, gue sendiri juga
pasti gitu (mungkin lebih parah) Yogas aja juga ga nyalahin.. Yagaaa Gas!
Banyak merenung!
Habis baca novel ini sumpah, gua langsung kaya ayam mau mati! Diem bengong dan
pastinya nangis.
Aaaaaaaa.. ga
bisa bilang apa-apa lagi deh pokoknya
The BEST book
ever!
And than mau
ngasih tau aja, gue tau novel ini gara2 waktu itu ngak sengaja search di google
bemodalkan “ cerbung icil” lhaa kok gua malah nemu adaptasi dari novel ini
(maksudnya diubah versinya) but makasih ya yang udah rela-rela nulis ulang buku
ini... huaaaaaa :’D
JADI!. Saya
tidak membaca novel ini secara aslinya, novel ini terbitnya 2008 sedangkan aku
taunya 2011.. bayangin aja mana ada lagi ditoko-toko.
Thanks so
much buat yang ngepost itu, buat mba Orizuka
“ mba u make me cant sleep for 1 week!”
Yeaaaahhh..
finnaly buat kalian yang lagi kehilangan tujuan hidup, gue saranin baca aja deh
nih novel, semoga bisa move on. Maybe , soalnya
kalo guesih ngaak! Malah tambah galau.. ckckck maklum gua emang lebay
Finnaly (again) i love this novel, trusth me!~\/~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar