Minggu, 19 Agustus 2012

self!

Bukan sebuah pilihan saat kamu harus rela melepaskan seseorang kan!?

Aku bilang, tidak.
Aku sudah bersamanya selama kurang lebih 9 tahun.. mengenalnya dalam waktu selama itu bukan hal mudah untuk begitu aja melupakan dia.. :D. Kami tumbuh bersama, kadang membenci, kadang rindu, kadang malah ngak peduli. Entah macam apa rasanya? Begitu yang terjadi.
Saat memasuki bangku SMA, aku mulai sadar perasaan yang mungkin nantinya akan menyulitkan diriku sendiri. Seperti halnya, aku mulai mencari jati diri baru. Jati diri yang pastinya akan menuntunku dalam hidup, kan?. Antara masa depan indah yang harus ku kubur dalam-dalam sampai sedetik perasaan yang harus akau korabankan. Katanya – jarang ada orang yang mau bahkan bisa mengerti- bagaimana cara kita mendapatkan jati diri kita itu.
Waktu terus berjalan, ada yang berubah? Itu sudah pasti, ada yang hilang bahkan!.
Aku belum bersedih, mengubur impian untuk membangun impian yang baru bukan sebuah masalah besar, tentunya. Aku mulai merasakan hal aneh, saat aku tidak mampu menilai orang lagi. Mana yang harus aku percaya?, atau mana yang harus aku jauhi!. Katanya “ dunia ini dipenuhi oleh berbagai tipe manusia. seperti barang.. ada yang unggul karena dasar idiom-nya, menggunakan asas re-blood yang katanya keturunan orang berguna. But, C’mon bukan re-blood yang ada dalam dirimu, dia hanya berdiri disampingmu sebagai tangan kirimu, untuk mencegah kau hancurkan!. Atau semaca barang dagangan yang terus memakai Brand. Whateva’!
So itu hanya sebagian kecil jenis manusia. Masih banyak tipe-tipe lainnya, yang mungkin jumlahnya millyaran, maybe. Lalu masalahnya apa? Disini kita bicara tetang bagaimana jati diri itu berguna. Terserah bagaimana pun anda menilai saya adalah saya, dan sudah mencoba untuk menjadi orang lain, but back, i’ll be myself again!.

Sabtu, 18 Agustus 2012

The truth about forever - Orizuka


Seberapa berharga sih satu detik itu? Tik. Sebentar saja dia langsung berlalu. Tik. Satu detik pergi lagi. Tak ada harganya.

Tapi tunggu sampai kau sadar waktumu hampir habis. Tik. Kau ingat selama ini jarang beramal. Tik. Kau teringat mimpi-mimpi yang nggak sempat kau wujudkan. Tik. Kau sadar nggak cukup menyayangi keluarga dan teman-temanmu. Tik. Tik. Tik. Kau panik, takut menyia-nyiakan lebih banyak waktu lagi.

Yogas merasa demikian ketika divonis nggak akan berumur panjang. Tapi bukannya memanfaatkan waktu yang tersisa sebaik-baiknya, dia malah diam-diam pergi ke Yogyakarta.

Kedatangannya ke sana nggak lain untuk balas dendam kepada orang yang dianggapnya bertanggung jawab atas semua ini. Bahkan kalau perlu, mati bersama.

Saat itulah cinta datang. Memberi pengharapan, membuatnya merasakan setitik kebahagiaan di dalam kelam hidupnya. Dan sekarang, keputusan itu ada di tangan Yogas. Karena cinta dan benci nggak akan pernah akur.

Jadi, Yogas..., pilih yang mana? Sementara kamu berpikir.... Tik.


dan novel ini adalah novel kesekian kalinya yang bisa membuat gua tertegung untuk mengenal dunia lebih jauh. lagi..

Yogas (karakter utama dalam novel ini) mungkin ngak pernah nyangka kalau hidupnya bakal berakhir cepat, terlebih itu karena penyakit mengerikan yang selalu dianggap negatif sama orang dan itu di tularkan oleh seseorang. Yogas menjauh dari segalanya yang ia sayangi dan punyai demi membalas dendam dan melindungi , by the way.
Yogas melirik langit yang sudah berwarna kemerahan. Satu hari lagi dari beberapa tahun sisa hidupnya, sudah dia lalui. Yogas bertanya-tanya, masih berapa lama lagi dia dapat melihat matahari terbenam.

Tiba-tiba, Yogas teringat pada kejadian kemarin, saat  mengetahui penyakit yang diidapnya. Reaksi Ify sama saja seperti rekasi orang lain. Sekarang, Rio tidak akan heran kalau Kara akan menghindarinya. Sepagian ini saja, Kara tidak keluar dari kamarnya.

Yogas memang kecewa, tetapi dia tidak bisa mengharapkan lebih. Kara hanya menangis dan tidak berteriak histeris saja sudah cukup untuknya. Lagi pula, Yogas memang tidak berhak untuk kecewa“-

Itu salah satu bagian dari novel ini yang bikin gue -sekali lagi- berpikir, apa segitunya kehidupan diluar sana, so that what happen to me is nothing, right?!



Yogas mendesah, ia lalu berbaring di lantai. Mendadak, Yogas seperti mendengar langkah kaki. Berharap setengah mati itu Kana, Yogas menoleh. Ternyata, memang benar Kana. Yogas langsung mengalihkan pandangannya. Dia tidak boleh berharap macam-macam lagi.

"Dingin, lho," kata Kana sambil mendekati Yogas. Yogas duduk, lalu mengebas-ngebaskan tangannya yang berdebu.

"Kenapa lo ke sini?" tanya Yogas singkat tanpa menoleh.

"Mau nemenin, siapa tau kamu kesepian," jawab Kana membuat Yogas mendengus.

"Nggak usah maksain diri jadi malaikat," ujar Yogas skeptis. "Lebih baik lo nggak usah deket-deket sama gue."

Kana menatap punggung Yogas yang benar-benar tampak kesepian. Tadi pagi, Kana sudah membulatkan tekadnya untuk tetap mendukung Yogas karena Kana tahu, Yogas selama ini melindunginya. Sikap Yogas yang keras itu semata-mata hanya supaya Kana tidak bergaul dengan orang penyakitan sepertinya.

"Apa kamu nggak kesepian?" tanya Kana. "Kamu memutuskan buat hidup sendiri dan nggak membina hubungan baik sama orang lain. Apa kamu nggak kesepian?"

"Kesepian juga gue nggak peduli. Gue udah biasa sendiri," jawab Yogas tegas.

Ify masih menatap punggung Yogas. Kalau saja Yogas mau egois, Yogas bisa saja tetap bergaul dengan teman-temannya dan orang lain, dan tetap menyembunyikan penyakitnya. Namun, Yogas malah melakukan sebaliknya.

"Kenapa?" tanya Kana lagi. "Kenapa kamu begitu?"

Yogas terdiam lama. "Gue nggak mau ada yang nangisin gue kalo gue mati ntar," kata Yogas pelan, masih memunggungi Kana. "Semakin sedikit, semakin bagus."

Kana tertegun mendengar jawaban Yogas. Dia tersenyum lembut.

Dan disini air mata gue langsung ngalir “ tes- tes- tes” begitu aja. OMG ya ampun Gas! Dunia dan hidup kejam sama lo, dan elo malah membantu mereka untuk semakin dan semakin membuat lo menderita.
Speechless- ga bisa coment apa2- Oh God- inspiratif
Kebiasaan tokoh dalam novel atau teenlit itukan cewek, ya mungkin karena sebagian yang baca cewek kali ya, jadi pasti lebih mudah mengerti. Tapi dalam novel ini tokohnya emang cowok.. BUT lebih menusuk dari segi cerita dan alurnya, gue juga suka dialognya, dan karakter Yogas, “awalnya” baik.. dipaksa berubah saat dia divonis kena penyakit ini. HIV.
Dari sisi Kana, ya gue ngak nyalahin lah kalo ekspresi awalnya gitu, gue sendiri juga pasti gitu (mungkin lebih parah) Yogas aja juga ga nyalahin.. Yagaaa Gas!
Banyak merenung! Habis baca novel ini sumpah, gua langsung kaya ayam mau mati! Diem bengong dan pastinya nangis.
Aaaaaaaa.. ga bisa bilang apa-apa lagi deh pokoknya
The BEST book ever!
And than mau ngasih tau aja, gue tau novel ini gara2 waktu itu ngak sengaja search di google bemodalkan “ cerbung icil” lhaa kok gua malah nemu adaptasi dari novel ini (maksudnya diubah versinya) but makasih ya yang udah rela-rela nulis ulang buku ini... huaaaaaa :’D
JADI!. Saya tidak membaca novel ini secara aslinya, novel ini terbitnya 2008 sedangkan aku taunya 2011.. bayangin aja mana ada lagi ditoko-toko.
Thanks so much buat yang ngepost itu, buat mba Orizuka
“ mba u make me cant sleep for 1 week!”
Yeaaaahhh.. finnaly buat kalian yang lagi kehilangan tujuan hidup, gue saranin baca aja deh nih novel, semoga bisa move on. Maybe , soalnya kalo guesih ngaak! Malah tambah galau.. ckckck maklum gua emang lebay
Finnaly (again)  i love this novel, trusth me!~\/~

Between On -sekuel- 7th


Gue ngak pernah jatuh cinta.. ngak pernah mengenal seberapa dalamnya cinta, atau suka yang sering banget temen-temen gue ceritain. Percaya atau ngak! Ya itulah gue... Tapi... Terakhir, gue merasakan rasa asing yang ngak pernah gue rasain sebelumnya, kaya yang sering temen-temen gue ceritain.. apa itu karena gue jatuh cinta ?...
☼☼☼
“ yang bener Cha?? Lu dianterin RAY!!”
“ buset! Iyee! Kaga usah pake tereak bisa dong!! Ntar nyokab gue denger tau! ” protes Acha seraya mengelus telinganya
“ wah..wah..wah! pasangan aneh abad ini nih! Bukannya kalian kaya anjing sama kucing kalo ketemu? Kenapa tiba-tiba akur?? Atau jangan-jangan dibalik berantem-berantemnya kalian itu sebenernya kalian berdua udah jadian yaaa.. ngaku deh Cha! Ngaku!!! ” Zeva menunjuk wajah Acha dengan tulunjuknya tatapannya terlihat curiga.
Acha bengong sebentar lalu dengan cepat menepis tangan Zeva dari wajahnya.
“ Iya tuh Ze.. Acha kemaren so sweet banget sama yang namanya Ray itu.. jarang-jarang Acha di anter cowok, ganteng lagi” ucap mba Tri ketika meletakkan minuman di meja, Acha lansung memandang mba Tri dengan pandangan protes.
“ wah yg bener mba?” mengetahui dirinya mendapat dukungan dari Mba Tri
“ iyalah..ya walaupun cowok itu ganteng dan Acha nga cantik-canti amat! Tapi okelah buat Acha. Mba rasa dia cocok sama Acha.. “ jawab Mba Tri semangat. “ waaa bener-bener.. mereka cocok banget Mba.. “ jawab Zeva tambah semangat.  
Kemudian Zeva menyikut Acha “ kok gue ampe lupa ya ini first moment lo dianterin cowok pulang plus ganteng.. haha” ledek Zeva lagi, Acha memandangnya sebel bibirnya tambah manyun.
“ kaya lo pernah aja!” batin Acha murka. lalu ia mengarahkan pandangannya pada Mba tri kayanya udah jadi salah satu dari mereka, karena Mba Tri juga ikutan duduk di kasur Acha, sambil senyum-senyum lagi!.
“ Mba Tri apaan sih! Udah deh Mba Tri keluar aja... “ Acha mendorong-dorong tubuh Mba Tri paksa, daripada ntar mba Tri terus ngomong. Pencegahan itu lebih baik!.
“ pokoknya dia itu ganteng Ze!” kata terakhir yang tercucap dari bibir Mba Tri sebelum dia benar-benar keluar dari kamar Acha. Acha menutup pintunya. Lalu Mencibir ucapan Mba Tri dari dalam kamar “ Ganteng dia biang.. Gantengan juga pak tarno!” batin Acha misuh-misuh sendiri.
“ tukan Cha kalian tuh cocok lagi, kalo akur! “ ujar Zeva kemudian
“ cocok.cocok! Apaan sih lu!” jawab Acha sewot. Zeva ngikik
“ udah daripada berantem mending kalian PDKT aja! Lebih irit tenaga, dan ongkos kan” sambung Zeva lagi. Acha keliatan bingung sama presepsi Zeva barusan. “ hah irit ongkos? Gimana bisa kaya gituan ngiritin ongkos?” tanya Acha bingung. Zeva berdecak lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Acha.
“ kadang gue bingung, gimana bisa Dea nularin kebloonannya sama lu!” ujar Zeva. “ enak aja lu ngatain gue bloon!” protes Dea
“ Acha.. kan kalo orang PDKT itukan, berangkat sekolah bareng, pulang sekolah bareng, makan bareng, tidur bareng... “ Acha melotot ketika mendengar kalimat terakhir Zeva “... mandi bareng” lanjut Zeva yang langsung dipotong sama Acha
“ Hah!. PDKT apaan tuh! PDKT atau kawin?!..” potong Acha. Zeva nyegir sebentar. “ hehee.. yg itu becanda. Nah karena semua kecuali 2 hal tadi dilakuian bareng-bareng otomatis sebagai cowok. Ray akan dengan sangat harus bersedia berkorban, kaya jemput lo, anter lo pulang, sama nraktir makan, itu ngirit ongkos kan...” ujar Zeva.
“ Zeva sayang, lo lupa ya! Setiap hari gue dianter jemput sama supir!...” balas Acha dengan nada yang ditinggikan. “.... dan asal lo tau ya, dari awal gue ketemu sampai sekarang, gue ngak pernah tuh liat tu cowok baik sama cewek. Kenapa lo berharap yang berlebihan gitu!!! “ lanjut Acha volume suaranya lebih tinggi dari sebelumnya.
“ Kalian ngomong apasih? Pusing gue dengernya? traktir apa?? Lo mau traktir Zeva ya Cha. Kok gue nga diajak” tanya Dea yang tiba-tiba nimbrung.
“ aduhh Dea!... traktir apalagi! dari tadi kita ngomong emang lo ngak dengerin ya?” jawab Acha emoti ( Emosi tingkat tinggi)
“ dengerin sih? Tapi ngak ngerti, lu bilang dianterin Ray terus Zeva langsung tereak. Kenapa kalo Ray nganterin lu? Terus lo ngomong traktir “
“ Aduh ampun deh! Deaaaaaaa....”
Sekali lagi teriakan Zeva dan Acha membahana seisi rumah Acha (?)
☼☼☼
“ ngak, itu bukan suka! Cuman sedikit tersentuh. This Actually!! That’s right!!!” Acha menggelengkan kepalanya pelan, menimang-nimang isi dalam pikirannya. Sesuatu yang sudah dua hari ini membuatnya uring-uringan. Tentang seseorang yang selalu terbesit dipikirannya, walau ia tak tau apa.Sedang asyik-asyiknya berpikir. Agni datang tiba-tiba, mengejutkan Acha “ hai Chaa..” kejut Agni
“ eh.. haii” balas Acha setelah lamunannya buyar kini wajahnya berpaling menghadap Agni.
“ ngapain lo sendirian disini?! Dea sama Zeva mana?” tanya Agni kemudian. Acha menggeleng
“ kaga tau, tadi pas istirahan kita misah” jawab Acha tak acuh. “ misah? Tumbenan! Biasanya kalian barengan mulu, atau udah punya barengan yang baru yee... yihhiiiiii ” ledek Agni, Acha memanyunkan bibirnya. Lalu menatap Agni dengan mata menyipit. Teringat saat tadi pagi Acha baru saja memasuki kelas, Zeva sudah membuat keributan dan menyebarkan gosip.. yang kebenarannya sedikit banget! Banyak ditambahin sama bumbu-bumbunya. Sialan! Batin Acha dongkol.
“ pasti lo udah kemakan omongan anak-anak juga kan!!” Acha melayangkan tatapan yang lebih tajam dari sebelumnya. Agni mulai merasakan aura negatif dari makhluk disampingnya ini, dan kayanya bakal ada tendangan, cakaran, cabikan, dan segala macam jenis penganiyayaan lainnya. Agni susah payah meneguk air liurnya, lalu dengan wajah dibuat sesantai mungkin ia nyengir garing.
“ heheee...” cengir Agni. “ guekan sebagai penonton cuman berhak mengikuti perkembangan tanpa membela pihak manapun Cha “ tambah Agni disertai tanda damai dijarinya.
“ hiiiiiyy, gue ngak nyangka gosip kacangan kaya gitu bisa mempengaruhi seluruh sekolah kaya gini, padahal kalo dipikir masih banyak yang lebih hot dari pada ini, dikira artis apa! Kaya siapa aja. Lebay!... ” protes Acha
“ ya emang sih, lo bukan siapa-siapa... tapi Ray kan ada apanya Cha.. dia punya banyak fans, itu kenyataannya.. “ jawab Agni hati-hati takut membuat api yang menyala dihati Acha tambah berkobar, tapi kayanya itu juga sia-sia, biar sebagus apapaun bahasa yg Agni gunakan, sehalus-halusnya tutur kata Agni, tetep aja ucapannya tadi maksudnya sindiran.
“ maksud lo!! Ray tenar dan gue cuman numpang dinamanya dia, jadi kehebohan ini dikarenakan Ray yang super. Jadi ibaratnya gue dompleng namanya gitu!” bentak Acha lebih nyaring.
“ ngak gitu juga sih. Tapi hampir 99 % nya gitu” ujar suara yang tiba-tiba muncul diantara keduanya. Acha melengok sebelah kanannya “ wiiiiiiii.....” pekik Acha dan Agni bersamaan setelah dilihatnya Deva telah duduk rapi disamping kanan mereka.
“ kapan lo dateng??!!! “ pekik Acha dan Agni lagi. Deva cuman cengengesan
“ aim.... alwaaais.... bi di’eeerr “ jawab Deva sok nginggris
“ wuuuuu.. sok nginggris lu, juz ama aja belon khatam!” balas Agni sambil noyor kepala Deva
“ lahhh! Juz ama kan pelajaran bahasa arab Ni! Apa hubungannya???” protes Deva kemudian
“ ada, jangankan Juz ama sama bahasa Inggris!. Albert Einsten sama Sadam Husein aja katanya sodaraan “ jawab Agni ngaco
“ weess kalo gitu jangan salah! Gue bisa kok bahasa arab..” balas Deva percaya-percaya aja sama ucapan Agni. “ apaan coba?” tantang Agni
“ ehmm ehmm.... Bismillahhirrahmannirrahim..” Agni melongo, itutuh bahasa arab yang Deva bisa. “ gimana kerenkan gue.. bawaan dari lahir sih!” Deva masih asyik sama koarannya yang membanggakan dirinya sendiri!
“ Singting! ” batin Acha gubrakk.
Right! yang terpenting sekarang bukan saatnya mikirin ocehan sarap dari dua makhluk ini. Tapi gimana caranya menghentikan gosip yang jujur aja membuat Acha merasa terasing sama lingkungan sekolah, well sekaligus populer. Selain itu, masih ada drama sekolah yang tinggal beberapa hari lagi!.
☼☼☼
Acha berjalan melewati koridor-koridor kelas, membawa setumpuk buku yang hampir menutupi wajahnya. Biasa kerjaan bu Maria, Acha kan anak kesayangan jadi apa-apa dia deh yang disuruh Acha ini, Acha itu, Acha tolong ini, Acha tolong itu... kadang kalo Zeva ngeledek Acha sebagai anak emasnya bu Maria Acha pasti protes “ apanya yang anak emas! Jongos kali!!” itu bener juga sih daripada anak emasnya, kayanya lebih banyak presentase buat Jongos deh.
“ huh! Berat banget sih ni buku!. Ngak salah deh kalo gue benci Fisika. sama yang ngajarnya juga..” protes Acha dalam hati “ ni anak-anak juga pada ngeliatin aja lagi, bantuin kek!”.
Dari arah berlawanan Cakka sedang berjalan seraya menenteng sebuah buku ditangannya, matanya menyapu setiap koridor, menatap anak-anak basket yang sedang latihan di lapangan.
“ Hei Kka, main yok....” sapa salah seorang anak yang sedang bermain di lapangan.
Cakka melambai “ ngak deh gue lagi cari seseorang “ tolak Cakka sembari tersenyum. Kemudian matanya lurus kearah depan, sampai matanya bertemu pada seseorang, orang itu seperti kesusahan membawa buku-buku yang cukup banyak, hampir menutupi pandangannya. Cakka tersenyum sambil terkekeh pelan, langkahnya semakin mantap mendekati sosok itu, sosok yang membawa buku, yang untuk berjalan saja harus mengintip dari sela tumpukan buku. Hampir dekat, Cakka berdehem pelan lalu dengan santai ia berjalan melewati sosok yang sepertinya sudah tidak peduli dengan apa yang ada disekelilingnya, namun masih dalam arah yang semula, berlawanan.
“ Lo bisa celaka... kalo ngak minta bantuan..” ucap Cakka tepat ketika ia berjalan disamping sosok itu. Acha mengerjap, ada seseorang yang berbicara padanya, dan dia sangat mengenal suara itu. Itu Cakka. Acha langsung memalingkan wajahnya, dan betapa senangnya saat Cakka sudah berdiri disana dengan senyuman.
“ Cakka..” ujar Acha sumringah. Cakka berjalan mendekati Acha, lalu mengambil sebagian tumpukan buku-buku itu dan membawanya.
“ makasih... “ ucap Acha pelan. Cakka hanya tersenyum
“ mau kemana kok bawa buku banyak? “ tanya Cakka kemudian
“ iyanih gue disuruh bawa buku-buku ini ke kelas sebelum jam istirahat habis sama bu Maria” keluh Acha. “ ooohh..” Cakka manggut-manggut
Acha menoleh kearah Cakka, dan balik bertanya “ lo sendiri mau kemana ?... tumben jalan-jalan di koridor ini, kelas lo kan di koridor sana”. Acha menunjuk dengan dagu, sebuah koridor yang berseberangan dengan koridor yang dilaluinya. Cakka diam, sebenernya dia nyari Acha, makanya dia kesini, tapi.. entah kenapa sulit untuk mengakui itu sekarang. Cakka tersenyum, mungkin nanti.. ujarnya dalam hati.
“ oh itu, gue mau ke perpus... “ Acha manggut-manggut “ ..tapi nga jadi deh.. kayanya elo lebih butuh bantuan”.
“ ohya kamis kemaren lo pulang jam berapa? Gue telpon ke rumah kok katanya lo belum pulang?” Tanya Cakka kemudian. Acha memandangnya ragu, kepalanya berusaha mencari-cari alasan.
“ hah? Ee.. jam 5” jawab Acha cepat. Kayanya bohong bukan hal yang tepat untuk sekarang.
“ jam 5? Sore amat Cha, terus lo naik apa? Dijemput? “ tanya Cakka lagi
“ itu gue dianterin-“ Acha langsung menghentikan kalimatnya “ duhh! Hampir aja gue keceplosan. Jangan bilang kalo gue dianter si gondrong... ntar Cakka ikut ngeledekin gue lagi! ” batin Acha
“ dianter siapa Cha? “ Cakka membuyarkan lamunan Acha “ hah! Eh itu dianter sama.. sama.. supir gue. Iya Kka gue dijemput akhirnya..” Jawab Acha bohong. akhirnya bohong. “ ohh... syukur deh, gue pikir lo ngak bisa pulang jadi gue susulin ke sekolah..” . Acha menghembuskan napasnya, Cakka kayanya percaya aja sama dia. Tapi tunggu!, tadi Cakka bilang nyusulin dia.. Ooohh.. nyaris! Coba aja Acha nunggu sebentar lagi pasti dia pulangnya sama Cakka. Ngak sama si gondrong! Ngak ada gosip!, kalaupun ada dia bakal digosipin sama..... Cakka.
☼☼☼
Kantin sekolah
“ kita harus susun rencana buat mereka, kita butuh kepastian dari Acha, dia sukanya sama siapa?!” ujar Zeva ditengah-tengah pembicaraan mereka ( Zeva, Deva, Dea, Iel, dan Agni). Bisa dibilang ini rapat aneh bin gak jelas, yang mereka diskusikan juga hal ngak penting. Pokoknya GAK PENTING!. Masa mereka semua ngepusingin Acha suka sama sapa! Yang bener aja.
“ iya-iya setuju.. setuju” jawab audience lainnya *ciaah yang tak lain dak tak bukan para kupret yang ga jelas itu.
“ ya walaupun gue pro sama Ray, soanya dia temen gue.. “ sambung Deva yang langsung dapet toyoran dari Agni “ lu geblek ya! Kita nga boleh pro sama siapa-siapa dong!”
“ yee kan para kandidat itu juga butuh dukungan Ni!”
“ aahh udah deh.. mending kita jalanin rencana kita aja..” komando Zeva
“ SETUJU!” mereka serempak.
☼☼☼
And than.. i sure!
CAKKA
“ he’s good, even if so good actually.. sincare, soft, honest, love full, and there’s many-many again, to show that he’s is better than..- you know lah – yang membuat Cakka punya banyak nilai lebih tentunya”
RAY
“ he is........... evil, annoying, distrubing, and else so DAMN.. -next- i dont know, i’m not know him so well, dan mungkin karena itu, he’s on my redlist!.. ‘cause he not easy to guess”
    
Well.. i back confused! i’m between ‘kamu’ and ‘lo’. but is no problem, i know life is go on, we cant only stay in one place.. many place in this world. And so on i’ll find, i BELIEVE!.